Seperti seorang tukang kebun yang merawat sebuah taman kota dengan tanaman yang beraneka ragam, dia akan merawat taman tersebut sehingga terlihat cantik bagi setiap orang yang melintas maupun bermain di taman itu. Untuk menarik perhatian orang, sang tukang kebun akan merawat berbagai macam tanaman, dengan rajin akan menyiram dan memberi pupuk, memangkas ranting-ranting yang usang, menyiangi rumput di sekitar yang mengganggu, dan memastikan bahwa tanaman yang beraneka ragam tumbuh subur. Layaknya sebuah taman yang memerlukan perawatan, Indonesia juga memerlukan perawatan supaya orang akan betah untuk tinggal di negara ini.
Seperti yang kita ketahui, Indonesia memiliki latar belakang budaya yang beranekaragam yang menjadi ciri khas bangsa ini. Indonesia memiliki suku, agama, bahasa, dan budaya yang berbeda-beda antar satu provinsi dengan provinsi lain. Kekayaan Indonesia juga ditunjukkan dari banyaknya pulau yang luas terbentang dengan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya. Keberagaman tersebut hendaknya dapat dirawat sejak usia dini oleh siapapun yang mengaku bahwa dirinya adalah warga negara Indonesia.
Jika kita melihat dan memahami beberapa peristiwa yang akhir-akhir ini sedang terjadi di tanah air, hal tersebut berkaitan erat dengan isu keberagaman yang menguji rasa cinta kita terhadap tanah air. Adanya peristiwa tentang penistaan agama, banyaknya peristiwa intoleransi, munculnya paham radikal yang mengancam kesatuan dan persatuan bangsa Indonesia, dan berita hoax berkaitan tentang SARA yang memicu saling sindir antar golongan, dan banyak peristiwa lain dimana peristiwa-peristiwa tersebut merupakan salah satu bentuk lemahnya wawasan dan implementasi kebhinekaan. Kenapa wawasan kita tentang kebhinekaan lemah? Mungkin jawabannya karena dalam dunia pendidikan kita kurang belajar tentang implementasi nilai-nilai menghargai keberagaman.
Membahas tentang merawat Indonesia tentunya tidak terlepas dari pentingnya peran pendidikan. Apa yang terjadi di lingkungan sosial merupakan salah satu produk dari pendidikan di masa lampau. Contoh kecil yang dapat kita temui dalam kehidupan sehari-hari adalah budaya antri di Indonesia yang masih jauh sangat tertinggal dengan negara lain, misal Jepang. Baik itu antri di toilet maupun antri untuk mengambil bagasi di bandara, orang cenderung ingin menjadi yang terdahulu, nomor satu, terdepan, terutama, dan apalah namanya. Apakah hal tersebut efek dan kecenderungan dari didikan yang kita terima di sekolah ketika pendidikan, orang tua, dan lingkungan lebih menghargai nilai 100 (sempurna) dibandingkan dengan proses yang telah dilalui oleh seorang peserta didik? Apakah kita kurang menyadari bahwa hidup adalah sebuah proses pembelajaran dimana kita perlu mendapatkan bekal yang cukup tentang bagaimana melalui sebuah proses? Kita juga dapat melihat bagaimana kebiasaan masyarakat dalam hal membuang sampah. Dengan seenaknya mereka melempar sampah dari jendela mobil, membuang bungkus permen di bus, menyelipkan sisa plastik bungkus jajan di sela-sela bangku sekolah, dan masih banyak lagi contoh kebiasaan yang telah membudaya dan yang sepatutnya kita perbaiki. Jika kita melihat tentang bagaimana pendidikan memberikan peluang tentang keberagaman, kita sering menemui bahwa banyak potensi tentang keberagaman dari peserta didik yang kurang diberikan ruang untuk dikembangkan.
Lalu pertanyaannya adalah, apa pentingnya merawat kebhinekaan Indonesia? Merawat kebhinekaan Indonesia merupakan salah satu langkah untuk membangun bangsa ini menjadi suatu bangsa yang lebih beradab dimana masyarakatnya dapat memahami apa makna dan bagaimana menghargai perbedaan sehingga dapat memperkaya bangsa ini dan bukan menjadikan perbedaan sebagai suatu ancaman. Dengan pengetahuan tentang bagaimana cara merawat kebhinekaan bangsa ini, masyarakat diharapkan tidak hanya memahami namun juga mengetahui bagaimana cara menerapkan beberapa langkah untuk merawat kebhinekaan. Dengan kata lain, mereka tidak hanya memiliki wawasan secara teori namun juga dapat mempraktikkan dalam kehidupan sehari-hari. Merawat kebhinekaan Indonesia dapat dilakukan dari berbagai bidang dan oleh siapapun yang memang peduli dan memiliki hati untuk merawat bangsa ini.
Dunia pendidikan merupakan salah satu bidang yang sangat fundamental dimana seseorang dapat berkontribusi untuk merawat kebhinekaan bangsa Indonesia sejak usia dini. Pendidikan perlu menciptakan suatu kurikulum multikultural yang dapat menjembatani bagaimana peserta didik dapat saling menghargai perbedaan sejak mereka masih di bangku sekolah dasar. Ketika kita memperkenalkan dan menanamkan sampai dalam konsep menghargai keberagaman sejak usia dini, konsep tersebut akan tertanam dalam pikiran mereka. Menurut Gupta, A. (2009), pendidikan multikultural membantu peserta didik untuk mengevaluasi fakta dan asumsi yang terjadi ketika hal ini diajarkan semenjak usia dini, hal tersebut membantu peserta didik untuk membentuk social impression sejak awal dari pandangan multikultural, sehingga kelak ketika mereka dewasa mereka menjadi seorang yang lebih siap untuk menghadapi tekanan sosial yang terjadi di lingkungan. Salah satu contoh penerapannya adalah, pelajaran agama yang diajarkan di kurikulum di Indonesia merupakan wujud dari pendidikan yang hendaknya dapat mengajarkan budaya multikultural melalui perayaan kepercayaan yang dianut oleh masing-masing peserta didik. Jika dalam satu kelas terdapat pemeluk Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Budha dan Konghucu, misalnya, maka pengajar dapat mengajak mereka untuk membuat perayaan sederhana ketika hari raya masing-masing kepercayaan tiba. Tentunya tujuan utamanya bukanlah sebuah pesta melainkan menumbuhkan rasa saling menghargai dimana masing-masing peserta didik yang memiliki latar belakang kepercayaan yang berbeda dapat saling menghargai dan dihargai satu sama lain.
Selain itu, budaya mengenalkan keberagaman suku juga dapat dijadikan sebagai salah satu bahan pengajaran tentang kebhinekaan. Contohnya, peserta didik dapat saling menceritakan hal-hal unik dari budaya/suku dimana mereka berasal. Mereka dapat duduk di sebuah lingkaran sehingga mereka dapat mendengar dan menyimak ketika seseorang memberikan penjelasan. Tahap selanjutnya, pendidik dapat membuka forum diskusi yang memberikan kesempatan bagi peserta didik untuk bertanya dan membahas secara gamblang tentang topik yang diangkat. Contoh kegiatan pembelajaran tersebut merupakan salah satu cara untuk menanamkan dan memberi pengalaman secara langsung kepada setiap peserta didik tentang bagaimana menghargai orang lain. Dalam sebuah setting tempat duduk yang melingkar, peserta didik dapat saling melihat dan menyimak teman yang sedang memberikan penjelasan dengan memiliki kesempatan yang sama untuk dapat terlihat oleh teman yang lain sehingga menghindari diskriminasi antar satu peserta didik dengan peserta didik yang lain.
Dengan demikian, setiap orang dapat menjadi pendidik yang memiliki peranan penting untuk merawat kebhinekaan bangsa Indonesia. Pendidikan hendaknya dapat menumbuhkan kesadaran tentang keberagaman bagi setiap peserta didik sejak usia dini. Pendidikan multikultural dapat menjadi bekal berharga ketika mereka kelak dewasa untuk dapat hidup berdampingan secara harmonis satu dengan yang lain di negara kesatuan Republik Indonesia.
Ditulis oleh:
Maretha Dellarosa
Sumber foto:
Nahdliyyah
Related Posts
PRESS RELEASE
Press Release Seminar Nasional ALPHA-I 2021
ALPHA-I Peduli. Respon Bencana Nusa Tenggara Timur
ALPHA-I Peduli yang diwakili ALPHA-I member, Stephanie Perdana Ayu Lawalu menyerahkan donasi korban bencana alam…
ALPHA-I Peduli. Respon Bencana Kalimantan Selatan
ALPHA-I Peduli yang diwakili ALPHA-I member, Dina Rafidiyah menyerahkan donasi bagi korban banjir di Kalimantan…
Adaptasi Kebiasaan Baru Dunia Pendidikan Di Masa Pandemi: Apakah Anak, Orangtua, dan Guru Gembira?
Asosiasi Alumni Program Beasiswa Amerika-Indonesia (ALPHA-I) turut menyemarakkan Hari Anak Nasional 2020 dengan menyelenggarakan Webinar…