Mitos dan Fakta Seputar IELTS dan TOEFL

 

Banyak calon mahasiswa merasa cemas saat harus memilih antara dua tes bahasa Inggris yang populer, yaitu IELTS atau TOEFL, untuk memenuhi persyaratan beasiswa. Keputusan ini sering kali menjadi sumber kebingungan karena keduanya memiliki format, struktur, dan fokus yang berbeda. Untuk membantu Anda membuat keputusan yang tepat, berikut ini kami akan membahas berbagai mitos dan fakta seputar IELTS. Dengan pemahaman yang lebih mendalam mengenai tes ini, Anda diharapkan dapat menentukan pilihan yang paling sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan Anda.

 

  1. IELTS Lebih Susah dari TOEFL

    Kesulitan IELTS atau TOEFL sebenarnya tergantung pada kekuatan dan kelemahan individu dalam bahasa Inggris. IELTS lebih menekankan pada kemampuan berbicara dan mendengarkan dalam konteks kehidupan sehari-hari, sementara TOEFL lebih berfokus pada bahasa akademik. Beberapa orang mungkin merasa IELTS lebih sulit karena uji berbicaranya dilakukan secara langsung dengan penguji, sementara TOEFL menggunakan format rekaman komputer.

  2. IELTS Memerlukan Aksen British, Sedangkan TOEFL Memerlukan Aksen Amerika

    Banyak yang beranggapan bahwa untuk sukses dalam tes IELTS, Anda harus memiliki aksen British, sementara TOEFL memerlukan aksen Amerika. Namun, kedua anggapan ini sebenarnya adalah mitos. Meskipun IELTS dikelola oleh lembaga dari Inggris atau Australia, aksen British bukanlah syarat mutlak untuk sukses. Penguji IELTS memahami berbagai aksen dan cara berbicara dari seluruh dunia. Yang lebih penting adalah kejelasan dan kemampuan Anda dalam berkomunikasi secara efektif. IELTS dirancang untuk mengakomodasi berbagai penutur bahasa Inggris global, sehingga tidak ada penalti untuk aksen non-British.

    Demikian pula, banyak yang salah mengira bahwa TOEFL hanya menerima aksen Amerika. Faktanya, TOEFL juga dirancang untuk mengukur kemampuan berbahasa Inggris Anda secara keseluruhan, tanpa memandang aksen. Selama Anda berbicara dengan jelas dan dapat dipahami, aksen Anda tidak akan mempengaruhi skor Anda. Penguji TOEFL terbiasa dengan berbagai aksen internasional dan fokus utama mereka adalah pada kemampuan Anda untuk menggunakan bahasa Inggris secara efektif dalam konteks akademis.

  3. Tes Menulis IELTS Lebih Sulit dibandingkan TOEFL

    Bagian menulis pada IELTS dan TOEFL memiliki perbedaan dalam format dan penilaian. IELTS menulis terdiri dari dua tugas: menulis esai dan menganalisis grafik atau diagram. Sementara TOEFL menulis melibatkan tugas esai yang terintegrasi dengan mendengarkan dan membaca. Beberapa orang merasa kesulitan dengan analisis grafik di IELTS, sementara yang lain mungkin merasa terbebani dengan tugas terintegrasi di TOEFL. Kesulitan ini subjektif dan bergantung pada preferensi pribadi.

  4. Penguji IELTS lebih “baik hati” dalam memberikan nilai dibandingkan TOEFL

    Ini juga merupakan mitos karena alasan yang sama. Jika seorang penguji terlalu “bermurah hati” atau sebaliknya, terlalu ketat, mereka bisa kehilangan pekerjaan mereka. Yang menentukan skor Anda adalah diri Anda sendiri, bukan penguji atau pusat ujiannya. Perlu diingat bahwa tugas penguji adalah memberikan skor yang akurat kepada Anda, bukan untuk menjadi teman Anda. Mereka memang seharusnya bersikap ramah, tetapi jika mereka tidak selalu tersenyum kepada Anda, itu karena mereka sedang fokus pada pekerjaan mereka, bukan karena mereka tidak menyukai Anda.

  5. Persiapan IELTS Membutuhkan Waktu Lebih Lama dibandingkan TOEFL

    Persiapan untuk tes IELTS sering dianggap membutuhkan waktu lebih lama dibandingkan persiapan untuk TOEFL. Namun, durasi waktu persiapan yang dibutuhkan sebenarnya sangat bergantung pada tingkat kemampuan bahasa Inggris Anda saat ini dan skor target yang ingin Anda capai. Kedua tes, baik IELTS maupun TOEFL, memerlukan dedikasi dan latihan yang intensif untuk mencapai hasil yang optimal.

    Faktor-faktor seperti kemampuan dasar dalam bahasa Inggris, familiaritas dengan format tes, dan keterampilan akademik juga memainkan peran penting dalam menentukan berapa lama waktu persiapan yang diperlukan. Misalnya, jika Anda sudah memiliki tingkat bahasa Inggris yang tinggi, mungkin Anda hanya perlu beberapa minggu untuk mempersiapkan diri. Sebaliknya, jika Anda merasa masih perlu meningkatkan beberapa aspek bahasa Inggris, persiapan bisa memakan waktu beberapa bulan.

  6. IELTS Tidak Diterima di Amerika Serikat, Melainkan Hanya TOEFL

    Terdapat kesalahpahaman umum bahwa IELTS tidak diterima di Amerika Serikat dan hanya TOEFL yang diakui. Faktanya, IELTS diterima di banyak universitas dan institusi di Amerika Serikat, setara dengan TOEFL. Seiring dengan meningkatnya pengakuan global terhadap IELTS, semakin banyak institusi pendidikan di AS yang menerima hasil IELTS sebagai bukti kemampuan berbahasa Inggris.

    Meskipun demikian, penting untuk diingat bahwa beberapa universitas atau program mungkin memiliki preferensi terhadap salah satu tes. Oleh karena itu, sangat penting bagi calon mahasiswa untuk memeriksa persyaratan bahasa Inggris dari setiap institusi yang mereka tuju sebelum memutuskan tes mana yang akan diambil. Informasi ini biasanya dapat ditemukan di situs web resmi universitas atau dengan menghubungi kantor penerimaan mahasiswa.

 

Persiapkan Pendaftaran Beasiswa Bersama “USAID TEMAN LPDP”

Baik mengikuti Tes IELTS maupun TOEFL, keduanya dapat membawamu lebih dekat pada impian berkuliah di luar negeri. Agar persiapan studimu semakin matang, sebaiknya, lakukan penelitian mendalam terkait universitas dan jurusan, ikuti simulasi tes bahasa Inggris, dan persiapkan dokumen pendukung lainnya seperti esai dan motivation letter. Bagi kamu yang ingin melanjutkan studi di luar negeri, terutama di Amerika Serikat, kamu bisa mengikuti program-program dari “USAID TEMAN LPDP”. Pantau terus Instagram @usaid.temanlpdp dan @alphai.official untuk mendapatkan informasi mengenai perkuliahan dan beasiswa di Amerika Serikat. Dengan persiapan yang tepat, kamu dapat mencapai skor yang diinginkan dan membuka pintu menuju beasiswa impianmu. Semoga sukses!

5

Related Posts